Koperasi Desa Merah Putih: Gerakan Ekonomi Baru dari Papua untuk Indonesia

Koperasi Desa Merah Putih: Gerakan Ekonomi Baru dari Papua untuk Indonesia

Sentani,Saireri.com – Di tengah semangat membangun ekonomi dari desa, pemerintah meluncurkan gebrakan baru: Koperasi Desa Merah Putih, sebuah program nasional yang digadang-gadang menjadi mesin penggerak ekonomi rakyat dan solusi nyata bagi pengangguran di perdesaan.

Bertempat di Hotel Horex, Sentani, acara sosialisasi dan pelantikan manajemen Koperasi Desa Merah Putih berlangsung penuh antusias. Hadir langsung Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi (Kemenkop), Herbert Siagian, yang menyampaikan pesan penting: Indonesia sedang bersiap mencetak sejarah baru dalam dunia perkoperasian.

“Dari target 80.000 koperasi, kini tinggal 2.000 lagi—dan sebagian besar ada di Papua. Ini adalah langkah besar membangun kemandirian ekonomi dari akar rumput,” tegas Herbert.

Papua menjadi salah satu ujung tombak gerakan ini. Dari 139 kampung yang ditargetkan, sebanyak 107 kampung telah sukses menggelar Musyawarah Desa Khusus (Musdesus) dan siap melangkah ke tahap berikutnya: pembuatan badan hukum koperasi melalui notaris.

Kabar baiknya? Biaya pembentukan koperasi sebesar Rp2,5 juta per unit sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Tidak sepeser pun membebani anggaran kampung. Pemerintah benar-benar hadir dan membackup penuh gerakan ini.

Target Nasional: Launching Serentak pada 12 Juli 2025

Kementerian Koperasi menargetkan seluruh koperasi berbadan hukum paling lambat akhir Juni 2025. Tujuannya? Peluncuran nasional Koperasi Desa Merah Putih pada 12 Juli 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Koperasi Nasional. Launching akan digelar secara terpusat di Jakarta, menyambut kelahiran 80.000 koperasi desa baru di seluruh Nusantara.

“Ini bukan sekadar koperasi. Ini adalah gerakan ekonomi rakyat. Koperasi Desa Merah Putih adalah bentuk nyata kedaulatan ekonomi kita,” ujar Herbert bersemangat.

Koperasi Sebagai Jembatan Keadilan Ekonomi

Lebih dari itu, koperasi ini diharapkan menjadi alat distribusi keadilan ekonomi. Sistem yang selama ini timpang—di mana petani menjual murah dan konsumen membeli mahal—akan diperbaiki melalui peran koperasi sebagai penghubung langsung antara produsen dan konsumen.

“Selama ini yang untung besar justru di tengah-tengah. Koperasi akan mengubah itu. Petani bisa jual lebih mahal, konsumen beli lebih murah. Di sinilah koperasi hadir sebagai jembatan keadilan,” tegas Herbert.

Menuju Ketahanan Pangan yang Berbasis Desa

Tak kalah penting, koperasi desa akan menjadi pilar utama dalam membangun ketahanan pangan nasional. Dengan koperasi sebagai pengelola, distribusi pupuk, bibit, dan obat-obatan pertanian akan lebih terorganisir, efisien, dan terjangkau bagi petani desa.

Ini adalah langkah konkret menuju desa yang mandiri, sejahtera, dan berdaya saing tinggi. Bukan sekadar slogan, tapi program yang berjalan nyata di lapangan.

Pemerintah sudah mengambil langkah besar. Kini saatnya semua pihak—masyarakat, tokoh adat, generasi muda, dan pelaku usaha lokal—ikut terlibat dalam menghidupkan semangat koperasi sebagai soko guru perekonomian bangsa.

Koperasi Desa Merah Putih bukan hanya program. Ini adalah gerakan. Ini adalah masa depan. (Redaksi)

Redaksi Saireri.com

Redaksi Saireri.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *