𝗠𝗮𝘁𝗵𝗶𝗮𝘀 𝗪𝗲𝗻𝗱𝗮, 𝗣𝗲𝗺𝗶𝗺𝗽𝗶𝗻 𝗞𝗮𝗿𝗶𝘀𝗺𝗮𝘁𝗶𝗸 𝗢𝗣𝗠 𝗬𝗮𝗻𝗴 𝗥𝗮𝗷𝗶𝗻 𝗕𝗮𝗰𝗮 𝗔𝗹𝗸𝗶𝘁𝗮𝗯

Jayapura.Saireri.com -Alkitab adalah senjata utama perjuangan pembebasan Papua. Tanpa Alkitab, mungkin saya tidak bisa umur panjang, sudah mati dibunuh militer Indonesia. Demikian sepenggal kalimat yang diucapkan Bapak Mathias Wenda, saat saya bertemu langsung dengan beliau di satu tempat dekat markas Bewani, West Sepik PNG.
Berita kematian Mathias Wenda, sabtu, 12 April 2025, yang meninggal dunia dalam usia senja 92 tahun, ketika disampaikan kepada kami, membuat kami merasa berduka dan kehilangan seorang Bapak dan tokoh kharismatik dalam pergerakan dan pergolakan politik bangsa Papua.
Saya putuskan untuk menulis sedikit kenangan singkat bersama Bapak Mathias Wenda, namun kenangan tersebut sangat berkesan dalam hidup saya dan membuka banyak koneksi dengan berbagai pihak strategis, yaitu aktor – aktor utama konflik Papua.
Saya bertemu dengan Bapak Mathias Wenda di akhir November 2013, untuk menjelaskan agenda kegiatan Natal bersama kami, antara salah satu gereja lokal di kota Jayapura, dengan beberapa gereja lokal di Vanimo, PNG, dari tanggal 1 – 3 Desember 2013.
Kami bertemu tanggal 25 November 2013, di satu lokasi yang sudah ditentukan Mathias Wenda. Saya ditemani om atau paman saya, seorang pendeta di Vanimo.
Saya jelaskan keinginan saya untuk menjadikan ibadah Natal bersama ini, bisa dihadiri juga oleh masyarakat Papua yang berdomisili di Provinsi West Sepik, dan Provinsi East Sepik, dan sekitarnya.
Mathias Wenda mendukung acara Natal bersama kota Vanimo dan kota Jayapura, yang sedianya dilaksanakan di lapangan terbuka alun – alun kota Vanimo. Natal bersama ini juga difasilitasi langsung oleh Konsulat RI Vanimo, PNG.
Natal bersama hanya dihadiri satu orang pejabat daerah Papua, Jenderal Pol. Tito Karnavian Kapolda Papua saat itu. Pejabat Papua yang lain takut masuk Vanimo, karena situasi Jayapura saat menjelang 1 Desember 2013, penuh teror dan penembakan.
Mathias Wenda hanya berpesan kepada saya bahwa Pendeta yang kotbah di ibadah Natal, tidak boleh berkotbah dalam bahasa Indonesia, harus bahasa Inggris atau bahasa pidgin. Tetapi saya sampaikan ke beliau, semua peserta dari Jayapura dan juga perwakilan delegasi gereja dari Yogyakarta, tidak bisa berbahasa Inggris atau bahasa pidgin.
Kami kemudian membuat ibadah Natal berlangsung dengan menggunakan dua bahasa. Bahasa Indonesia dan bahasa pidgin. Mathias Wenda dan pasukannya berserta warga masyarakat Papua di PNG, hadir dalam ibadah perayaan natal tersebut.
Sejak bertemu Mathias Wenda, saya akhirnya jadi dekat dengan beberapa orang penting di sekitar beliau. Seperti Jeffry Bomanak Pagawak, Sem Karoba, dan Benny Wenda.
Jeffry Bomanak Pagawak kemudian membentuk pasukan OPM sendiri dan mendeklarasikan diri sebagai pimpinan tertinggi OPM di PNG.
Sem Karoba adalah ipar saya, karena perna menikah dengan adik perempuan saya dan mereka tinggal di Yogyakarta beberapa tahun. Selama tinggal di Yogyakarta, Sem Karoba, dkk menulis buku Papua Menggugat edisi pertama.
Mathias Wenda memang pemimpin yang kharismatik. Saya dulu berpikir beliau punya banyak pegangan kuasa gaib atau jimat supranatural untuk melindungi diri. Ternyata beliau memiliki jimat paling hebat yakni Alkitab, sebagai pelindung dan rahasia umur panjangnya.
Ayat Firman Tuhan dari Mazmur 91 : 1 – 16, salah satu ayat favoritnya. Ketika beliau sakit dan dirawat d rumah sakit Vanimo tahun 2019, saya datang mengunjungi beliau. Saya bawa sedikit sumbangan, dan berdoa dengan beliau. Ketika saya ijin baca Alkitab dari Mazmur 91, beliau sampaikan, itu salah satu ayat yang menjadi kekuatan perjuangan pembebasan bangsa Papua, yang beliau sangat imani, selama puluhan tahun.
Selamat jalan Bapak Mathias Wenda, salam untuk om Jacob Pray, di Kota Yerusalem Baru, tanah surga yang mulia.