Ungkapan Tabi dan Saireri itu Jati diri bukan Politik Identitas di Tanah Papua

Di tulis oleh Marchel Morin Intelektual Mudah
SAIRERI.COM – Diskursus mengenai wilayah adat Tabi dan Saireri seringkali disalahpahami, seolah-olah menjadi pemicu “Politik identitas” atau bahkan narasi perpecahan.
Padahal, dari sudut pandang antropologi, Tabi dan Saireri adalah representasi otentik dari Jati diri sebuah wilayah adat, sebuah pembagian sosio-kultural yang kaya dan mendalam, jauh dari kesan politis yang memecah belah*
Secara antropologis, wilayah adat Tabi dan Saireri merefleksikan pembagian masyarakat adat yang telah ada secara turun-temurun, berdasarkan budaya dan kultur setempat yang unik.
Ini bukanlah konstruksi politik modern, melainkan sebuah realitas geobudaya yang membentuk cara hidup, sistem kekerabatan, hukum adat, hingga ekspresi seni dan spiritualitas masyarakatnya.
Tidak ada “politik identitas Tabi Saireri” dalam pengertian yang memecah belah; yang ada adalah identitas kultural yang diwarisi dan dihayati secara kolektif.
Ketika seseorang menyatakan bahwa Tabi dan Saireri adalah simbol jati diri yang menjaga kehormatan, itu bukanlah sinyal perpecahan. Sebaliknya, ini adalah ekspresi dari solidaritas internal dan penghargaan terhadap warisan leluhur. Dalam banyak masyarakat adat, identitas wilayah adalah fondasi bagi kohesi sosial dan rasa memiliki.
Menjaga kehormatan wilayah berarti menjaga nilai-nilai, tradisi, dan kemandirian budaya dari pengaruh negatif atau eksploitasi pihak luar.
Opini yang dibangun seolah-olah ada narasi pecah belah dari slogan Tabi Saireri adalah tidak benar dan bertolak belakang dengan pemahaman antropologis.
Justru, slogan Tabi Saireri adalah sebuah komitmen bersama untuk menjaga wilayah ini dari pengaruh dari luar yang seiring waktu bisa saja merusak tatanan kehidupan masyarakat Tabi dan Saireri. Dalam konteks modernisasi dan globalisasi, tekanan eksternal seperti eksploitasi sumber daya alam, erosi nilai-nilai tradisional, atau masuknya budaya asing yang tidak sesuai, menjadi ancaman nyata. Oleh karena itu, penguatan identitas Tabi dan Saireri berfungsi sebagai benteng kultural dan mekanisme adaptasi untuk memastikan keberlanjutan dan kemandirian masyarakat adat di tengah perubahan.
Jadi, alih-alih menjadi sumber perpecahan, *Tabi dan Saireri adalah kekuatan pemersatu yang berakar pada sejarah dan budaya.*
Saya menegaskan kembali eksistensi dan otonomi budaya masyarakat adat di Papua, serta menjadi payung bagi upaya kolektif untuk menjaga kelestarian lingkungan, kearifan lokal, dan masa depan generasi penerus. Memahami Tabi dan Saireri dari perspektif antropologis akan membuka wawasan kita tentang kekayaan identitas Papua yang majemuk dan kuat.
*Marshel Morin, JUBIR BTM CK*