Media di Papua Diharapkan Kedepankan Etika Jurnalis
Jayapura Saireri.com–Ditengah ramainya informasi yang beredar le publik dengan banyaknya media sosial, maka disitulah wartawan sebagai jurnalis yang independen, harus benar-benar jeli untul menyajikan informasi dengan mengedepankan etika jurnalis, sehingga berita benar-benar dapat di percaya dan menjadi pilihan masyarakat pembaca.
Hal tersebut dikatakan Jeri Agus Yudianto.S.Kom, Lepala Diskominfo Papua, saat di wawancarai wartawan usai memberikan materi pada pertemuan pemerintah dan awak media di Aula Diskominfo Papua, Rabu, (13/4/2022).
“Ditengah melimpahnya informasi ini kita berharap media-media yang ada di Papua bisa tetap mengedepankan etika jurnalisme, sehingga menjadi satu referensi literasi bagi informasi khususnya Pemerintah Papua dalam pengolahan media. Kita akan tetap melakukan kerjasama menyampaikan informasi yang benar kepada publik.
kemudian dalam pelbagai hal termasuk dengan mengcounter berita hoax yang banyak bertebaran di dunia maya,” katanya.
Selanjutnya menurut Abdul Munib, Penanggung Jawab SIWO PWI Pusat mewakili ketua PWI Papua, menegaskan, di Papua berita Hoax sangat banyak karena foto yang beredar di medsos membuat masyarakat awam lebih percaya. Sehingga wartawan harus peka dalam.penulisan berita yang benar dengan narasumber yang berkompeten.
“Jadi hioax itu arahnya membuat instabilitas supaya masyarakat terima, sehingga tidak aman, dan ada kepentingan-kepentinganluar untuk negara ini tidak stabil dan sumber daya bisa di keruk oknum tidak bertanggung jawab. Sehingga pers harus di perdayakan karena di jaman digital ini agak lebih susah,” tegasnya.
“Jurnalistik itu ada investigasi, menganilisis berita, sampai sejauh mana. Bukan langsung cepat ditelan, karena jika demikian maka pasar hoax akan ramai, dan ujungnya pasti tidak aman, tidak stabil, karena hoax sengaja di ciptakan untuk tujuan tertentu,” jelas Munib.
Sedangakan menurut ketua AMSI Papua, Eveerth Joumilena mengatakan, wartawan yang menulis berita harus meluhat kembali pada 5W 1H.
“Untul cetak dan online hanya beda di penyajian, tapi untuk struktur penyajiannya pasti todak jauh berbeda dengan pengertian 5W 1H sebagai dasar penulisan. untuk media online jangan terlalu banyak dalam penulisan sehingga pembaca bisa lebih muda membaca singkat, padat dan jelas. Dan unsur-unsur jurnalis kode etiknya pasti harus ada,” pungkasnya. (cel)