POHON KAYU BESI BESAR TUMBANG

Perginya Tokoh Kesucian GPdI Papua
Di Tulis oleh Pdt.Thimotius Dawir
SAIRERI.COM – Pdt. Sophintje Maritje Sembai Lahir di Kampung Menawi, Serui, tgl 20 Mei 1947. Berpendidikan Sekolah Rakyat, terpilih melanjutkan pendidikan di Sekolah Gadis (Khusus keperawatan) ditahun 1960. Menjadi Suster Belanda yang bekerja di Rumah Sakit Serui.
Alkisah suatu senja di Pantai Wombai (kini pantai cinatua hingga pelabuhan), Gadis Suster Belanda menyusuri dan menikmati desiran ombak, semilir angin yang berhembus. Langkahnya terhenti disuatu tempat karena ia mendengat ada puji-pujian dengan musik ukulele dan strembass yang penuh sukacita. sesuatu yang tidak biasa didengarnya. Ia mencoba untuk mencari tahu, apakah gerangan yang terjadi. Tiba2 berdirilah Seorang Pendeta Muda yang guantheng dan berkotbah sore itu. Suara itu menusuk langsung kedalam kalbu, tanpa disadari airmatanya mulai berlinang dan tak dapat dikendalikan. Itulah kisah kenangan pertama kali Mamaku mendengar kotbah Pantekosta. Bukan hanya Firman yang masuk dihatinya, cinta sang pengkotbah juga melesak menelusuri lorong2 kalbu dan tertanam dalam sanubari.
Hari-pun berganti, perkenalan dan pinangan seorang Putra Tobati dari Jayapura, yang kala itu menjadi Hamba Tuhan dan Gembala GPdI di Kampung Woru bernama Pdt. Mesakh Dawir. Menikah pada tanggal 12 agustus 1965, melahirkan bahkan membesarkan, mendidik anak2 yang begitu banyak, sebutlah Nicky, Timo, Mei, Yantje, Yakob, Lukas, Boy, Roby, Piter, Ruben, Leo, Mae, Abas, Soleman, Ales, Mester, Nelius, Ricky, Vijai, Lily, Damaris, Roy, Ester, Gerson, Piter, Gideon, Paul, Richard, Elia, Simson, Johni, Elisa, Agnes serta ratusan anak lainnya yg tak dapat kusebut dalam masa kesedihan ini. Namun Mama dan Bapa memperlakukan kami semua sama. Disayangi dan dihukum sama sederajat. DIberikan hak yang sama dan setara.
78 tahun usia, dengan kerja keras yang tiada henti, mulai dari jualan pisang goreng, koran, kasbi, betatas, kandang babi adalah pekerjaan-nya sepanjang hayat dikandung badan. Dia menempa kami dengan kedisiplinan, doa, baca Alkitab, Kerja Kebun, dan banyak hal lain yang tak kuceritakan.
Senior GPdI Papua yang tidak berkompromi dengan dosa. Suaranya selalu bagaikan guntur yang menggelegar di siang maupun malam. Dia selalu konsisten dengan kesucian hamba Tuhan GPdI. Pembinaannya terasa hingga hari matinya. Selalu nyanyi, menyembah dan berdoa. Kerasnya didikan membuat kami semua dapat berdiri kokoh dalam iman hari ini.
Sebagai Gembala GPdI Ekklesia Serui Kota, Ketua Majelis Wilayah Yapen Selatan, Penasehat MD Papua GPdI, Anggota Majelis Pertimbangan Rohani GPdI. Beliau selalu tegas dan disiplin dlm semua tugas yang diembannya.
Tangan kasihnya tak pernah berhenti hingga nafasnya lenyap dari raganya. Dalam keadaan sakit dia masih memberi kepada hamba2 Tuhan di pelosok Papua. Tak pernah menyerah untuk mengawal dan menjaga kebenaran Firman Allah.
Dari Bali kudengar ia memanggilku, akupun bergerak cepat via Jakarta – Jayapura – Biak – Waropen – Serui. Bersama Nicky anakku. Dia menunggu kami, setibanya Nicky langsung peluk Nene, Nene meletakan tangan diatas kepala Nicky dan berdoa memberkati. Sioooooo Mamaku sayang.
Detik2 kepergiannya, kupanggil “Mama”, dia sesekali membuka matanya dan menatapku. aku tahu bahwa dia sudah pamit kepadaku. Jiwamu ada dalam diri kami semua. Tak terlupakan. Kerasmu ada padaku. Kan kujagai kehormatan pelayanan ini hingga nyawaku terlepas dari ragaku juga.